Sejarah Perang Hunain dalam Al Quran
Perang Hunain terjadi pada awal bulan syawal tahun 8 Hijriah atau 630 Masehi. Pertempuran ini terjadi di Lembah Hunain yang terletak antara Makkah dan Thaif. Sebuah perang yang mengingatkan kaum muslimin agar tak pernah sombong.
Betapa tidak, pada perang ini kaum muslimin nyaris kalah kendati unggul dalam jumlah. Bahkan, pasukan muslimin kala itu jauh lebih banyak dari musuh.
Kisah perang ini diabadikan dalam Alqur’an Surat At Taubah ayat 25-26.
لَقَدْ نَصَرَكُمُ اللَّهُ فِي مَوَاطِنَ كَثِيرَةٍ ۙ وَيَوْمَ حُنَيْنٍ ۙ إِذْ أَعْجَبَتْكُمْ كَثْرَتُكُمْ فَلَمْ تُغْنِ عَنْكُمْ شَيْئًا وَضَاقَتْ عَلَيْكُمُ الْأَرْضُ بِمَا رَحُبَتْ ثُمَّ وَلَّيْتُمْ مُدْبِرِينَثُمَّ اَنْزَلَ اللّٰهُ سَكِيْنَتَهٗ عَلٰى رَسُوْلِهٖ وَعَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ وَاَنْزَلَ جُنُوْدًا لَّمْ تَرَوْهَا وَعَذَّبَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْاۗ وَذٰلِكَ جَزَاۤءُ الْكٰفِرِيْنَ
Artinya: “Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai para mukminin) di medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu diwaktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlah(mu), maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun, dan bumi yang luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari kebelakang dengan bercerai-berai.
Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya dan kepada orang-orang yang beriman, dan Allah menurunkan balatentara yang kamu tiada melihatnya, dan Allah menimpakan bencana kepada orang- orang yang kafir, dan demikianlah pembalasan kepada orang-orang yang kafir.” (QS At-Taubah: 25-26)
Perang ini dipicu oleh kemarahan suku Hawazin dan Tsaqif karena kaum muslimin berhasil menaklukkan Makkah yang sebelumnya dikuasai kaum kafir Quraisy. Mereka pun berniat mengepung Makkah.
Sebelum, diserang oleh mereka, kaum muslimin mendahului mereka dengan melancarkan serangan besar-besaran kepada kedua suku tersebut.
Datang dalam jumlah pasukan yang lebih besar, 12.000 pasukan, muncul sifat sombong dan merasa tak akan kalah.
Namun yang terjadi sebaliknya, mereka kalang kabut menghadapi sergapan musuh yang sudah menyiapkan perangkap saat kaum muslimin menuruni Lembah Hunain di pagi buta.
Perangkat itu membuat banyak di antara kaum muslimin lari tunggang langgang. Mereka meninggalkan Rasulullah SAW karena ketakutan.
Di sinilah Nabi Muhammad SAW menunjukkan keteguhan hati dan keberaniannya. Rasul SAW kemudian menyerukan agar pasukannya kembali ke barisan. Dengan ditemani paman Rasulullah SAW yaitu, Ibnu Abbas di sebelah kanan, sedangkan Abu Sufyan ibnul Haris ibnu Abdul Muttalib di sisi kiri.
Rasulullah SAW bersabda: "Hai hamba-hamba Allah, kemarilah kepadaku. Hai hamba-hamba Allah, kembalilah kepadaku. Aku adalah utusan Allah.”
"Aku adalah seorang nabi yang tidak pernah dusta, aku adalah anak Abdul Muttalib (seorang pemberani)".
Turut bertahan bersama Rasulullah SAW sejumlah orang dari kalangan sahabat-sahabatnya yang jumlahnya kurang lebih 100 orang, tetapi ada yang mengatakan 80 orang. Di antara mereka ada Abu Bakar, Umar, Al-Abbas, Ali, Al-Fadl ibnu Abbas, Abu Sufyan ibnul Haris, Aiman ibnu Ummu Aiman, Usamah ibnu Zaid, dan sahabat-sahabat lainnya.
Kaum muslimin pun dibawa menuju jantung pertahanan orang-orang Hawazin. Membalas dengan serangan yang lebih dahsyat seraya memanjatkan doa kepada Allah SWT.
"Ya Allah, tunaikanlah kepadaku apa yang telah Engkau janjikan kepadaku," bunyi sabda Rasulullah saat itu.
Kemudian Nabi Muhammad SAW dan para sahabat berhasil memukul mundur orang-orang musyrik itu dan mengejar mereka seraya membunuh dan menawan mereka.
Dari kisah ini dapat ditarik kesimpulan betapa besar keberanian Nabi Muhammad SAW dalam menegakkan kebenaran, meski Ia sempat ditinggalkan oleh banyak pasukannya. Dari situ pula bisa diambil hikmah bahwa kesombongan adalah pangkal dari kehancuran. Maka itu, Allah SWT mengingatkan agar seorang muslim tak patut sombong karena Allah SWT membenci sifat takabur.
(RZL)