Rumah Tusuk Sate Menurut Pandangan Islam
Rumah tusuk sate sering kali dianggap sebagai tempat sial karena dihuni oleh jin-jin jahat dan bisa menyebabkan banyak hal-hal negatif yang menimpa penghuninya. Mitos ini banyak diyakini oleh banyak orang.
Maka itu, tak heran bila rumah yang berlokasi tepat pada pertemuan dua jalur jalan atau tepat di persimpangan (berbentuk huruf T) ini kurang diminati oleh masyarakat. Padahal beberapa rumah tusuk sate berada di tepi jalan utama yang menjadikannya sebagai lokasi strategis karena memudahkan pemiliknya.
Namun, faktanya tetap saja rumah ini sangat dihindari oleh banyak calon pembeli. Padahal, banyak keistimewaan pada rumah tusuk sate ini. Misalnya dijadikan tempat usaha. Karena posisinya yang mudah dijangkau dan mudah diketahui oleh orang lain, rumah ini bisa membawa keuntungan bagi sang pemilik.
Jika banyak orang menolak membeli rumah pada posisi ini lantaran mitos buruk yang menyertainya. Padahal dalam pandangan Islam, rumah tusuk sate tak ubahnya rumah lain, atau biasa saja.
Allah SWT berfirman dalam Al Quran surat Al A’raf ayat 131, tepatnya penggalan surat tersebut yang berbunyi:
اَلَاۤ اِنَّمَا طٰٓٮِٕرُهُمۡ عِنۡدَ اللّٰهِ وَلٰـكِنَّ اَكۡثَرَهُمۡ لَا يَعۡلَمُوۡنَ
‘Aalaaa innamaa taaa'iruhum 'indal laahi wa laakinna aksarahum laa ya'lamuun
Artinya: Ketahuilah, sesungguhnya nasib mereka di tangan Allah, namun kebanyakan mereka tidak mengetahui.
Nabi Muhammad SAW pernah bersabda, “Ath-Thiyarah (merasa bernasib sial) adalah kesyirikan, Ath-Thiyarah adalah kesyirikan.”
Hukum Meyakini Sial atau Kesialan
1. Pintu menuju kesyirikan
Ibnu Mas’ud juga berkata, bahwa Rasulullah bersabda,
الطِّيَرَةُ شِرْكٌ الطِّيَرَةُ شِرْكٌ
“Ath-Thiyarah (merasa bernasib sial) adalah kesyirikan, Ath-Thiyarah adalah kesyirikan.”
Kemudian Ibnu Mas’ud berkata,
وما مِنَّا إلا وَلَكِنَّ اللَّهَ يُذْهِبُهُ بِالتَّوَكُّلِ
“Tidak ada di antara kita kecuali (ada sifat merasa bernasib sial), tetapi Allah menghilangkannya dengan rasa tawakkal (bersandar kepada-Nya).” (HR. Abu Daud)
Rasulullah juga bersabda,
مَن رَدَّتْهُ الطِّيَرَةُ من حَاجَةٍ فَقَدْ أَشْرَكَ
“Barangsiapa yang berpaling dari kebutuhannya dikarenakan perasaan bernasib sial maka sungguh dia telah berbuat syirik.” (HR. Ahmad)
2. Sial tidak ada dalam Islam
Rasulullah bersabda,
لَا عَدْوَى وَلَا طِيَرَةَ وَلَا هَامَةَ وَلَا صَفَرَ
“Tidak ada adwa, thiyarah, hamah dan shafar.” (HR. al-Bukhari dan Muslim).
Dari ayat Al Qur’an dan hadits di atas, sebagai seorang muslim, tentu kita tidak boleh percaya atau mempercayai kesialan. Lebih banyak bertawakkal kepada Allah SWT adalah cara terbaik untuk menepis mitos-mitos buruk yang sesungguhnya itu perbuatan syirik dan menduakan Allah SWT.
(RZL)