Mengenal Perbedaan dan Arti Tafakur, Tadabur, dan Tasyakur
Manusia diberikan anugerah oleh Allah SWT berupa akal dan pikiran serta hati. Tidak lain, untuk berfikir. Dalam kajian Islam ada istilah yang disebut dengan tafakur, tadabur dan tasyakur. Semuanya merujuk pada urusan berfikir atau merenung serta imbasnya.
Ketiganya tentu saja memiliki perbedaan masing-masing. Secara sederhana, perbedaan itu dapat dijelaskan sebagai berikut:
Tafakur
Akar kata tafakur adalah fakara – yafkiru – fakran – tafakkuran yang mengandung arti merenung, berpikir, dan mengamati. Tafakur dapat diartikan sebagai kegiatan merenung, berpikir, ataupun mengenang berbagai macam fenomena yang terjadi di alam semesta. Baik itu dari suatu kejadian ataupun dari suatu pengalaman inderawi.
Al Quran menggambarkan mereka yang senang tafakur. Mereka selalu mengingat Allah kapanpun dan di manapun. Sehingga mereka mudah memahami tanda-tanda kebesaran Allah.
Allah SWT berfirman:
إِنَّ فِى خَلْقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَٱخْتِلَٰفِ ٱلَّيْلِ وَٱلنَّهَارِ لَءَايَٰتٍ لِّأُو۟لِى ٱلْأَلْبَٰبِ
ٱلَّذِينَ يَذْكُرُونَ ٱللَّهَ قِيَٰمًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِى خَلْقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَٰطِلًا سُبْحَٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ
Artinya: "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka” (QS.Ali Imran: 190-191).
Dalam Al Qur’an, yang menjadi dasar bagi kegiatan tafakur adalah QS Ar-Ra’d ayat 3.
وَهُوَ الَّذِيْ مَدَّ الْاَرْضَ وَجَعَلَ فِيْهَا رَوَاسِيَ وَاَنْهٰرًا ۗوَمِنْ كُلِّ الثَّمَرٰتِ جَعَلَ فِيْهَا زَوْجَيْنِ اثْنَيْنِ يُغْشِى الَّيْلَ النَّهَارَۗ اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّتَفَكَّرُوْنَ
Artinya: “Dan Dia yang membentangkan bumi dan menjadikan gunung-gunung dan sungai-sungai di atasnya. Dan padanya Dia menjadikan semua buah-buahan berpasang-pasangan, Dia menutupkan malam kepada siang. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (keesaan Allah) bagi orang-orang yang berpikir.” (QS Ar-Ra’d : 3).
Keutamaan tafakur adalah membuat seseorang semakin mengenal Allah. Orang yang gemar bertafakur akan mengetahui betapa besar kekuasaan Allah, sehingga timbul rasa cinta sekaligus takut kepada Allah. Inilah yang kemudian mendorong seseorang semakin bertaqwa kepada-Nya.
Menurut para sufi, Tafakur adalah cara untuk memperoleh pengetahuan tentang Tuhan dalam arti yang hakiki. Para Ulama mengatakan bahwa tafakur itu ibarat pelita hati, sehingga dapat terlihat baik dan buruk maupun manfaat dan madharat dari segala sesuatu.
Tadabur
Tadabur mengandung arti memahami, menghayati, atapun memikirkan. Kata tadabur sering lekat dengan Alquran, sehingga kita sering mendengar istilah “tadabur Alquran”. Ada juga istilah “tadabur alam” yang juga sering dijumpai pada aktifitas kajian tentang kebesaran Allah SWT.
Kata tadabur sering lekat dengan Al Quran, sehingga kita sering mendengar istilah “Tadabur Al Quran”. Ada juga istilah “tadabur alam” yang juga tidak jarang kita jumpai. Makna ‘Tadabur’ adalah sebuah aktivitas merenungkan dan memperhatikan suatu perkara secara berulang-ulang, dengan melihat berbagai sisi.
Tadabur Al Quran bermakna suatu usaha untuk memahami, menghayati, dan memikirkan, ayat-ayat di dalam Alquran. Tadabur Alquran dilakukan dengan mengetahui arti, memahami tafsir, serta makna kandungan, kemudian merenungkan pelajaran yang bisa diambil.
Tadabbur alam adalah kegiatan perenungan kekuasaan Allah melalui hasil ciptaannya seperti benda-benda langit, angin, laut, gunung, tumbuhan dan lain-lain. Tujuannya adalah mengetahui dan memahami tujuan penciptaan alam semesta dan manusia sebagai khalifah.
Tadabur dilakukan dengan pemikiran mendalam yang melibatkan hati, untuk melihat sesuatu, komponen-komponennya, hal yang terjadi sebelumnya, hal-hal yang menyertainya, hingga akibat-akibat dari hal tersebut. Para ulama menyebut bahwa tadabur dan tafakur sama-sama dilakukan dengan mata hati.
Dalil tentang Perintah Tadabur
Perintah untuk mentadaburi Al Quran diturunkan ketika Allah bertanya kepada kaum kafir dan kaum munafik, mengapa mereka tidak merenungkan (mentadabur) Al Quran yang merupakan kitab yang mulia. Ada beberapa ayat yang memerintahkan tadabur, di antaranya:
اَفَلَا يَتَدَبَّرُوْنَ الْقُرْاٰنَ ۗ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللّٰهِ لَوَجَدُوْا فِيْهِ اخْتِلَافًا كَثِيْرًا
Artinya: “Maka apakah mereka tidak merenungkan Al-Quran? Kalau kiranya Al-Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya” (QS.An Nisa: 82).
كِتٰبٌ اَنْزَلْنٰهُ اِلَيْكَ مُبٰرَكٌ لِّيَدَّبَّرُوْٓا اٰيٰتِهٖ وَلِيَتَذَكَّرَ اُولُوا الْاَلْبَابِ
Artinya: "Ini adalah sebuah Kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka merenungkan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran (yang baik)" (QS.Shad: 29)
Ayat-ayat tentang tadabur diturunkan bagi kaum kafir yang masih menolak Al Quran. Namun kaum muslimin juga tidak lepas dari perintah untuk mentadaburi Al Quran. Melakukan tadabur di segala hal, terutama pada Al Quran, akan membuat seorang muslim semakin dekat dengan Allah SWT.
Selain memudahkan kaum muslim memahami ayat-ayat Allah, manfaat tadabur lainnya adalah:
Membuat hati semakin lembut
Menjadikan ibadah semakin khusyuk
Menambah iman
Membuat hati menjadi tenang dan bahagia
Beda dan Persamaan Tafakur dengan Tadabur
Tafakur dilakukan dengan melihat dalil atau tanda, sedangkan tadabur dilakukan dengan memperhatikan suatu perkara secara detil. Mulai dari hal yang menyebabkan suatu perkara, hingga akibat dari perkara itu.
Kesamaan tafakur dan tadabur adalah keduanya merujuk pada aktivitas berpikir. Sedangkan perbedaannya secara sederhana adalah tafakur merupakan kegitan perenungan tentang kejadian, sedangkan tadabur adalah kegiatan pemahaman terhadap fakta.
Tasyakur
Tasyakur berarti mensyukuri nikmat-nikmat yang Allah berikan. Kemampuan untuk mentasyakuri nikmat Allah merupakan buah dari aktivitas tafakur dan tadabur seseorang.
Kemampuan seorang muslim untuk mensyukuri segala nikmat yang diberikan oleh Allah subhaana huu wa ta’aalaa ini lahir dari kegiatan tafakur dan tadabbur yang dilakukan.
Dalam Al-Qur’an, perintah mensyukuri nikmat Allah antara lain QS. Al-‘Ankabut ayat 17 sebagai berikut.
اِنَّمَا تَعْبُدُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ اَوْثَانًا وَّتَخْلُقُوْنَ اِفْكًا ۗاِنَّ الَّذِيْنَ تَعْبُدُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ لَا يَمْلِكُوْنَ لَكُمْ رِزْقًا فَابْتَغُوْا عِنْدَ اللّٰهِ الرِّزْقَ وَاعْبُدُوْهُ وَاشْكُرُوْا لَهٗ ۗاِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ
Artinya: “Sesungguhnya yang kamu sembah selain Allah hanyalah berhala-berhala, dan kamu membuat kebohongan. Sesungguhnya apa yang kamu sembah selain Allah itu tidak mampu memberikan rezeki kepadamu; maka mintalah rezeki dari Allah, dan sembahlah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya. Hanya kepada-Nya kamu akan dikembalikan.” (QS. Al-‘Ankabut : 17).
Menurut para ulama, bersyukur kepada Allah berarti mengakui dan menunjukkan adanya nikmat Allah dalam dirinya. Bersyukur bisa diungkapkan dengan lisan, maupun lewat hati.
Bersyukur dengan lisan berarti mengucapkan terima kasih atas nikmat Allah, disertai dengan pujian kepada-Nya. Sementara bersyukur yang diungkapkan dengan hati dilakukan dengan pengakuan atas nikmat-nikmat Allah, yang disertai dengan bertambahnya kecintaan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.
Mensyukuri nikmat Allah merupakan perintah-Nya kepada kita. Allah berfirman
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اذْكُرُوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ عَلَيْكُمْۗ هَلْ مِنْ خَالِقٍ غَيْرُ اللّٰهِ يَرْزُقُكُمْ مِّنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِۗ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَۖ فَاَنّٰى تُؤْفَكُوْنَ
Artinya: "Hai manusia ingatlah nikmat Allah kepadamu, adakah pencipta yang dapat memberikan rezeki kepadamu dari langit dan bumi selain Dia?" (QS.Fathir: 3).
Di ayat ini, Allah menjelaskan kepada manusia bahwa kepada-Nya-lah kita harus bersyukur. Sebab hanya Allah penguasa langit dan bumi.
Selain memerintahkan untuk bersyukur, Allah juga menjanjikan kebaikan bagi siapa saja yang mau bersyukur kepada-Nya. Allah akan menambahkan nikmat kepada hamba yang mau bersyukur.
Allah SWT berfirman:
وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ
Artinya: "Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat". (QS.Ibrahim: 7).
Kemampuan untuk mentasyakuri nikmat Allah merupakan bentuk kebaikan yang Allah augerahkan kepada hamba-Nya. Dengan bersyukur, seseorang akan mendapat banyak kebaikan, keberkahan, dimasukkan dalam golongan hamba yang bertawakal, hingga dimudahkan menuju surga. Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya jika Allah menguji hamba-Nya kemudian dia bersabar, maka aku gantikan baginya surga” (HR.Bukhari).
Demikian penjelasan mengenai perbedaan tafakur, tadabur, dan tasyakur. Semoga Allah memudahkan jalan kita untuk mengamalkan ketiga hal tersebut.
(WIT)