Mengenal Jembatan Shiratal Mustaqim dan Gambaran dalam Al Quran
Dalam keyakinan umat muslim, sebagaimana dijelaskan dalam Al Quran dan Hadits, jembatan shiratal mustaqim terbentang panjang di atas neraka yang menghubungkan dengan surga.
Jembatan Shiratal Mustaqim adalah titian yang akan dilalui tiap manusia di akhirat kelak. Atau juga bisa dikatakan, jembatan shiratal mustaqim adalah rahmat sekaligus azab.
Bagi yang berhasil melewatinya akan mendapatkan surga dan kekal di dalamnya. Akan tetapi, bagi yang tidak berhasil melaluinya, maka akan jatuh ke dalam neraka. Namun barang siapa yang saat melintasi jembatan tersebut bersusah payah dan terjatuh, maka sesungguhnya dia masuk lembah kebinasaan dan termasuk golongan yang merugi.
Adapun gambaran jembatan Shiratal Mustaqim ini, disebutkan dalam Alquran dan hadis. Berikut empat gambarannya:
Jembatan Shiratal Mustaqim dalam Alquran: Jalan yang lurus
Adanya jembatan Shiratal Mustaqim telah dijelaskan Allah SWT dalam surat Al Fatihah ayat 6
ٱهْدِنَا ٱلصِّرَٰطَ ٱلْمُسْتَقِيمَ
“Tunjukilah kami jalan yang lurus.”
Jembatan Shiratal Mustaqim dalam hadis: Titian rambut yang tajam
Dalam haditsnya, Rasulullah menyampaikan gambaran jembatan Shiratal Mustaqim. Hadist ini diriwayatkan dari Abu Sa’id al-Khudriy.
بَلَغَنِي أَنَّ الْجِسْرَ أَدَقُّ مِنَ الشَّعْرَةِ وَ أَحَدُّ مِنَ السَّيْفِ
“Aku diberitahu bahwa jembatan itu lebih halus dari rambut dan lebih tajam dari pedang.” (HR Muslim)
Jembatan Shiratal Mustaqim dalam hadis: Membentang di atas neraka
Gambaran lain tentang jembatan Shiratal Mustaqim juga terdapat dalam hadis berikut:
وَيُضْرَبُ جِسْرُ جَهَنَّمَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَكُونُ أَوَّلَ مَنْ يُجِيزُ وَدُعَاءُ الرُّسُلِ يَوْمَئِذٍ اللَّهُمَّ سَلِّمْ سَلِّمْ وَبِهِ كَلَالِيبُ مِثْلُ شَوْكِ السَّعْدَانِ أَمَا رَأَيْتُمْ شَوْكَ السَّعْدَانِ قَالُوا بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ فَإِنَّهَا مِثْلُ شَوْكِ السَّعْدَانِ غَيْرَ أَنَّهَا لَا يَعْلَمُ قَدْرَ عِظَمِهَا إِلَّا اللَّهُ فَتَخْطَفُ النَّاسَ بِأَعْمَالِهِمْ رواه البخاري
“Dan dibentangkanlah jembatan di atas permukaan Jahannam. Akulah orang pertama yang melewatinya. Doa para rasul pada saat itu: “Ya Allâh, selamatkanlah, selamatkanlah.” Pada shirâth itu, terdapat pengait-pengait seperti duri pohon Sa’dân. “Pernahkah kalian melihatnya?” Para sahabat menjawab, “Pernah, wahai Rasulullah.” Maka ia seperti duri pohon Sa’dân, tiada yang mengetahui ukuran besarnya kecuali Allah SWT. Ia menempatkan manusia sesuai dengan amalan mereka.” (HR Bukhari)
Jembatan Shiratal Mustaqim dalam hadis: Dilalui sesuai amalan
Para manusia digambarkan melalui jembatan tersebut sesuai amalannya di dunia. Sebagian melaluinya dengan cepat dan ringan, namun ada juga yang lambat dan penuh luka. Sebagian tak mampu melintasi hingga ujung jembatan.
Hal itu sebagaimana disebutkan dalam hadis berikut:
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْل الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : (( وَتُرْسَلُ الْأَمَانَةُ وَالرَّحِمُ فَتَقُومَانِ جَنَبَتَيْ الصِّرَاطِ يَمِينًا وَشِمَالًا فَيَمُرُّ أَوَّلُكُمْ كَالْبَرْقِ))، قَالَ : قُلْتُ بِأَبِي أَنْتَ وَأُمِّي أَيُّ شَيْءٍ كَمَرِّ الْبَرْقِ ؟ قَالَ: أَلَمْ تَرَوْا إِلَى الْبَرْقِ كَيْفَ يَمُرُّ وَيَرْجِعُ فِي طَرْفَةِ عَيْنٍ ؟ ثُمَّ كَمَرِّ الرِّيحِ ثُمَّ كَمَرِّ الطَّيْرِ وَشَدِّ الرِّجَالِ تَجْرِي بِهِمْ أَعْمَالُهُمْ وَنَبِيُّكُمْ قَائِمٌ عَلَى الصِّرَاطِ يَقُولُ رَبِّ سَلِّمْ سَلِّمْ حَتَّى تَعْجِزَ أَعْمَالُ الْعِبَادِ حَتَّى يَجِيءَ الرَّجُلُ فَلَا يَسْتَطِيعُ السَّيْرَ إِلَّا زَحْفًا قَالَ وَفِي حَافَتَيْ الصِّرَاطِ كَلَالِيبُ مُعَلَّقَةٌ مَأْمُورَةٌ بِأَخْذِ مَنْ أُمِرَتْ بِهِ فَمَخْدُوشٌ نَاجٍ وَمَكْدُوسٌ فِي النَّارِ.
Rasulullah: “Lalu diutuslah amanah dan rohim (tali persaudaraan) keduanya berdiri di samping kiri-kanan shiraath tersebut. Orang yang pertama lewat seperti kilat”. Aku bertanya: “Dengan bapak dan ibuku (aku korbankan) demi engkau. Adakah sesuatu seperti kilat?”
Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab : “Tidakkah kalian pernah melihat kilat bagaimana ia lewat dalam sekejap mata? Kemudian ada yang melewatinya seperti angin, kemudian seperti burung dan seperti kuda yang berlari kencang. Mereka berjalan sesuai dengan amalan mereka. Nabi kalian waktu itu berdiri di atas shirâth sambil berkata: “Ya Allâh selamatkanlah! selamatkanlah! Sampai para hamba yang lemah amalannya, sehingga datang seseorang lalu ia tidak bisa melewati kecuali dengan merangkak”. Beliau menuturkan (lagi): “Di kedua belah pinggir shirâth terdapat besi pengait yang bergatungan untuk menyambar siapa saja yang diperintahkan untuk disambar. Maka ada yang terpeleset namun selamat dan ada pula yang terjungkir ke dalam neraka. (HR Muslim)
Mudah dan tidaknya seseorang ketika melewati jembatan Shiratal Mustaqim ini bergantung pada amalannya semasa hidup di dunia. Mereka yang selalu taat perintah Allah akan melewatinya dengan cepat dan selamat. Sedangkan yang sebaliknya, maka akan mengalami kesulitan.
Semoga membawa manfaat bagi kita semua. Aamiin ya Rabbal A’lamin.
(JAT)