Mengenal dan Memahami Makna Asmaul Husna Ar Raqib
Ar Raqib artinya Allah Maha Mengawasi. Nama ini merupakan salah satu nama paling agung milik Allah SWT yang biasa dikenal muslim dengan sebutan Asmaul Husna.
Menurut Al-Qur’an, sifat Ar-Raqib, dalam konteks kehidupan manusia terkait erat dengan masalah proses pencipta manusia itu sendiri, yaitu bahwa manusia ketika telah diciptakan dan kemudian berketurunan maka Allah SWT tidak melepas bebas begitu saja, melainkan Allah SWT aktif mengawasi (QS An-Nisa’, 4: 1).
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ ۚ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
Artinya: "Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam), dan (Allah) menciptakan pasangannya (Hawa) dari (diri)-nya; dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta, dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu."
Selain itu, kata Ar Raqib juga disebut dalam surat Al Maidah ayat 117,
مَا قُلْتُ لَهُمْ إِلَّا مَا أَمَرْتَنِي بِهِ أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ ۚ وَكُنْتُ عَلَيْهِمْ شَهِيدًا مَا دُمْتُ فِيهِمْ ۖ فَلَمَّا تَوَفَّيْتَنِي كُنْتَ أَنْتَ الرَّقِيبَ عَلَيْهِمْ ۚ وَأَنْتَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ
Artinya: "Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (yaitu), "Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu," dan aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di tengah-tengah mereka. Maka setelah Engkau mewafatkan aku, Engkaulah yang mengawasi mereka. Dan Engkaulah Yang Maha Menyaksikan atas segala sesuatu."
Mengapa manusia memerlukan “pengawas”? Berdasar firman Allah SWT sendiri, bahwa ciri penciptaan manusia itu sendiri antara lain adalah, pertama, manusia itu sekalipun diciptakan Allah SWT sebagai makhluk yang paling sempurna bila dibandingkan dengan makhluk lainnya (QS At-Tin’, 95: 4).
Namun dalam praktik mengamalkan aturan-aturan yang dibebankan kepada mereka, oleh Allah SWT ditegaskan bahwa manusia diciptakan 'lemah' dalam masalah ini (QS An-Nisa’,4: 28).
"Kelemahan" ini bisa berwujud dari seri fisik tubuhnya yang harus tunduk pada siklus "lemah menjadi kuat lalu kembali lemah" (QS Ar-Run, 30: 54 ) atau dari segi semangat ketahanannya terhadap aturan (QS Al-Baqarah, 2: 286), yaitu kadang-kadang "lupa" dan kadang-kadang "salah".
Kedua, sejak Adam dan Hawa keluar dari surga, manusia cenderung dapat dipengaruhi oleh kegelap-gulitaan hati (dhulumat) sehingga umat manusia perlu dan sangat membutuhkan penerangan “cahaya” (QS Al-A’raf, 7: 23).
Karenanya Allah s.w.t. senantiasa menuntun orang-orang beriman “dari kegelap-gulitaan hati menuju kepada cahaya-terang” (QS Al-Baqarah, 2: 257).
Ketiga, memang benar manusia dalam keutuhan diri pribadinya telah disempurnakan oleh Allah s.w.t. misalnya saja dengan dianugerahi-Nya berupa energi pikiran dan kepekaan perasaan, namun ketika harus “memilah dan memilih” cenderung terbentur-bentur ke arah yang “salah” dan karena itu perlu “dituntun” atau “disarankan” (QS Asy-Syams, 91: 7-10).
Dengan adanya ciri penciptaan manusia yang setidak-tidaknya berjumlah 3 (tiga) di atas, maka secara nalar diperlukan “pengawasan” agar manusia tetap bersemangat tinggi menjalani aturan-aturan, terhindar dari kegelap-gulitaan hati, dan senantiasa benar dalam proses memilih.
Patut direnungkan, bahwa arti raqib adalah “pengawasan ketat” yang kata raqib ini dalam Al-Qur’an, dalam konteks perilaku manusia, senantiasa dihubungkan dengan kata atid yang berarti “yang senantiasa hadir” (QS Qaf, 50: 18).
Tegasnya, pengawasan yang dilakukan Allah s.w.t. adalah pengawasan yang berlangsung terus-menerus tanpa jeda yang dalam ayat 18 surat Qaf tersebut digambarkan ada 2 (dua) malaikat; yang berada di sebelah kanan setiap diri manusia berupa “malaikat raqib” selaku pencatat amal-perbuatan yang baik dan “malaikat ‘atid” sebagai pencatat amal-perbuatan yang buruk berada di sebelah kiri dirinya.
Setelah memahami makna Ar Raqib, umat muslim diharapkan dapat meyakini bahwa segala aktivitasnya senantiasa berada dalam pantauan Allah SWT. Dengan bekal tersebut, seorang muslim akan selalu berusaha berhati-hati dalam bertindak.
Adapun keutamaan lengkap dari meneladani Asmaul Husna Ar Raqib ini dapat disimak pada penjelasan berikut:
Senantiasa berbuat baik karena Allah SWT
Menjaga diri agar selalu berada dalam petunjuk Allah SWT
Senantiasa berdoa dan mohon pertolongan hanya kepada Allah SWT
Merasa selalu diawasi Allah SWT dalam semua keadaan
Senantiasa konsisten melakukan ketaatan kepada Allah SWT dan menjauhi semua perbuatan maksiat.
(WIT)