Mengenal Alam Semesta dalam Ayat Al-Quran
Agama Islam adalah agama yang sempurna. Relasi antara Tuhan, manusia, dan alam semesta seperti trilogi segitiga yang saling bertautan. Sayangnya, umat Islam lebih banyak hanya fokus pada hubungan dengan Tuhan, dengan persoalan-persoalan keagamaan, dan abai terhadap persoalan alam.
Padahal, menurut Dr Agus Purwanto penulis buku Ayat-Ayat Semesta: Sisi Al-Quran yang Terlupakan, dalam Al-Quran ayat tentang alam lebih banyak (ada 800 ayat), lima kali dari pada ayat tentang fikih (160 ayat).
Sayangnya, ayat alam terlupakan dan tidak mendapat perhatian umat Islam. Karena itu, ke depan umat Islam dan kalangan pendidikan harus melakukan kajian, intensifikasi kajian ayat alam, mengkaji tentang alam semesta.
Al-Quran adalah kitab suci yang memberi perhatian secara khusus dan serius hubungan antara manusia dengan alam semesta sekaligus manusia sebagai bagian dari alam semesta itu sendiri. Keduanya sama-sama sebagai ciptaan Allah.
Dalam Al-Quran surat az-Zariyat ayat 56, disebutkan bahwa tujuan dari penciptaan manusia adalah untuk beribadah kepada Allah. Manusia diciptakan untuk beribadah kepada-Nya, bersyukur, melakukan kebaikan di dunia, tidak menyekutukan-Nya, sekaligus tidak menyalahgunakan anugerah kebebasan yang Allah berikan itu untuk menentukan segala aturan dengan sesuka hati dan hanya untuk kepentingan dan tujuannya sendiri. Alam semesta disediakan untuk kebutuhan hidup manusia.
Sebagai umat Islam salah satu tugas kita adalah mengimani atau percaya kepada Allah Subhanahu wa-ta'ala (SWT) sebagai pencipta dari seluruh alam semesta ini. Meskipun manusia mampu berusaha hingga memiliki teknologi tinggi, dan juga pengetahuan yang luar biasa, namun manusia memiliki keterbatasan. Manusia tidak bisa menciptakan, apalagi menciptakan alam semesta. Semuanya adalah ciptaan Allah SWT.
Perlukan kita mengenal alam semesta?
Mengenal Allah melalui alam semesta yang diciptakannya, sangatlah dianjurkan untuk mempertebal keimanan. Untuk itu, kita patut mengenal alam semesta sebagaimana dijelaskan dalam ayat Al-Quran.
Mengenal Allah SWT atau ma’rifatullah merupakan pengetahuan yang sangat niscaya mengenai Sang Khaliq. Dalam Islam mengenal Allah sebagai pencipta seluruh alam adalah suatu kewajiban seperti yang dijelaskan dalam Al-Quran:
Lafadz:
Inna fii kholqis samaawaati wal ardli wakhtilaafil laili wan nahaari la-aayaatil l-ulil albaab. Alladziina yadzkuruunallooha qiyaamaw wa qu’uudaw wa ‘alaa junuubihim wayatafakkaruuna fii kholqis samaawaati wal ardli robbanaa maakholatqa haaadzaa baathilaa, subhaanaka faqinaa ‘adzaaban naar.
Artinya:
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (Al-Quran Surat Ali-Imran ayat 190-191)
Mengenali Allah Melalui Alam Semesta
Mengenali Allah Subanahu wa-ta'ala (SWT) adalah melalui alam semesta ini seperti yang dijelaskan dalam firman Allah dalam surat pertama yang artinya “Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam.” (QS. Al-Fatihah: 2) selain itu juga disebutkan dalam surat Al-An’am yang artinya “Itulah Allah, Tuhan kamu, tidak ada tuhan selain dia, pencipta segala sesuatu, maka sembahlah dia, dialah pemelihara segala sesuatu.” (QS. Al-An’am: 102)
Dari ayat-ayat tersebut dapat diketahui bahwa Allah lah yang menciptakan dan memelihara segala sesautu yang ada di alam semesta ini. Manusia diperintahkan untuk memperhatikan bagaimana langit ditegakkan tanpa adanya tiang yang menyangganya, bumi dihamparkan dan dibangun dengan suasana yang begitu teratur dan saling berkesinambungan. Semua itu mengisyaratakan bahwa hanya Allah lah yang mempu menciptakan itu semua.
Dalam surat An-Nahl ayat 10 – 13 juga diterangkan tentang penciptaan hujan, adanya siang dan malam, bulan dan bintang, lautan beserta isinya, gunung dan seluruh alam.
Alam adalah segala sesuatu yang ada atau yang dianggap ada oleh manusia di dunia ini, selain Allah beserta dzat dan sifat-Nya. Alam dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, di antaranya adalah alam ghoib dan alam syahadah yang dalam bahasa sehari-hari disebut sebagi alam semesta.
Alam semesta merupakan ciptaan Allah yang diurus dengan kehendak dan perhatian Allah SWT. Allah Ta'ala menciptakan alam semesta ini dengan susunan yang teratur dalam aspek biologi, fisika, kimia, dan geologi beserta semua kaidah sains. Definisi dari alam semesta itu sendiri adalah segala sesuatu yang ada pada diri manusia dan di luar dirinya yang merupakan suatu kesatuan sistem yang unik dan misterius.
Penjelasan Tafsir Ibnu Katsir
“Dia-lah yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebahagiannya menjadi minuman dan sebahagiannya menyuburkan tumbuh-tumbuhan, yang (pada tempat tumbuhnya) kamu menggembalakan ternakmu. (QS. 16:10) Dia menumbuhkan bagimu dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun, korma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan. (QS. 16:11)” (QS. An-Nahl: 10-11)
Ketika Allah telah menyebutkan apa yang telah Dia berikan nikmat kepada mereka, yaitu berupa binatang-binatang ternak, dan binatang-binatang melata, mulailah Dia menyebutkan nikmat-Nya yang diberikan kepada mereka yaitu berupa turunnya hujan dari langit, yang di dalam hujan itu ada air minum dan kenikmatan dunia untuk mereka dan binatang-binatang mereka.
Maka Allah berfirman: lakum minHu syaraabun (“Dan untukmu sebagiannya menjadi minuman.”) Maksudnya, Allah menjadikannya tawar lagi cair, yang mudah bagimu meminumnya, dan Allah tidak menjadikannya asin lagi pahit.
Wa minHu syajarun fiiHi tusiimuun (“Dan sebagiannya [menyuburkan] tumbuh-tumbuhan yang [pada tempat tumbuhnya] kamu mengembalakan ternakmu.”) Maksudnya Allah menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dari hujan itu untukmu, yang kamu semua menggembalakan ternak-ternakmu di tempat itu, seperti apa yang dikatakan oleh Ibnu Abbas,
krimah, adh-Dhahhak, Qatadah dan Ibnu Zaid dalam Firman Allah: fiiHi tusiimuun (“Di tempat itu kamu menggembalakan ternakmu.”)
Tusiimuun; yaitu menggembalakan, dari lafazh itu pula disebut “al-ibilus saa-imatu” artinya, Unta yang digembalakan. Akar kata dari kata tersebut artinya penggembalaan.
Dan firman Allah: yunbitu lakum biHiz zar’a waz zaituuna wan nakhila wal a’naaba wa min kulits tsamaraat (“Dia menumbuhkan bagimu dengan air hujan itu tanaman-tanaman, zaituun, kurma, anggur dan segala macam buah-buahan,”) maksudnya Allah mengeluarkannya dari bumi, dengan air yang hanya satu macam ini, keluarlah buah-buahan itu dengan segala perbedaan, macamnya, rasanya, warnanya, baunya dan bentuknya.
Dan untuk itu Allah berfirman: inna fii dzaalika la-aayatal liqaumiy yatafakkaruun (“Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda [kekuasaan- Allah] bagi kaum yang memikirkan,”) maksudnya sebagai dalil dan bukti bahwasanya tidak ada Ilah (yang berhak diibadahi dengan sebenarnya) kecuali Allah.
Sebagaimana Allah berfirman yang artinya: “Atau siapakah yang telah menciptakan langit dan bumi dan yang menurunkan air untukmu dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu kebun-kebun yang berpemandangan indah, yang kamu sekali-kali tidak mampu menumbuhkan pohon-pohonnya? Apakah disamping Allah ada Tuhan (yang lain)? bahkan (sebenarnya) mereka adalah orang-orang yang menyimpang (dari kebenaran).” (an-Naml: 60)
Penciptaan Alam Semesta
Menurut pandangan Al-Quran, penciptaan alam semesta dapat dilihat pada Surat al-Anbiya ayat 30. “Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, Kemudian kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?”
Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas ‘Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam.
Bumi sebelumnya adalah planet yang mati dan Allah menghidupkannya dengan menurunkan air dari langit. “Dan Allah menurunkan dari langit air dan dengan air itu dihidupkannya bumi sesudah matinya.” (QS An Nahl ayat 65).
Arti lengkapnya:
Dan Allah menurunkan dari langit air (hujan) dan dengan air itu dihidupkan-Nya bumi sesudah matinya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang mendengarkan (pelajaran).
Pertanyaannya adalah darimana air ini berasal ? Padahal waktu itu belum ada awan yang bisa menghasilkan hujan, belum ada langit yang bisa menahan uap air. Maka satu-satunya kemungkinan asal air adalah dari Arasynya Allah.
“Dan Kami turunkan air dari langit menurut suatu ukuran; lalu Kami jadikan air itu menetap di bumi, dan sesungguhnya Kami benar-benar kuasa menghilangkannya.”( QS Al- Mu’minun ayat 18 )
“ ……….Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup, Maka mengapakah mereka tiada juga beriman“ ( QS. Al-Anbiya ;30 ).
“ …. Maka Kami tumbuhkan dengan air itu berjenis-jenis tumbuhan yang bermacam-macam “ ( QS Tha Ha ; 53)
“ Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air … (QS An Nur ; 45).
Ayat-ayat tersebut makin menjelaskan kepada kita bahwa setelah air diturunkan ke bumi, maka sebelum Allah ciptakan hewan, tentunya yang terlebih dahulu Allah cipakan adalah tumbuh-tumbuhan sebagai cadangan makanan hewan. Kemudian hewan-hewan ada juga yang menjadi cadangan makanan untuk hewan-hewan predator. Semua jenis hewan, baik burung maupun hewan darat, ternyata menurut ilmu pengetahuan memang asal-usulnya dari hewan air.
Manusia sebagai Khalifah di Bumi dan Alam Semesta
Bagaimana manusia harus memperlakukan alam semesta ini. Berikut beberapa prinsip tanggung jawab manusia atas ciptaan Allah Ta'ala tersebut.
1. Prinsip Tanggung Jawab
Manusia mempunyai tanggung jawab baik terhadap alam semesta seluruhnya dan integritasnya, maupun terhadap keberadaan dan kelestariannya. Apalagi, Allah Ta'ala memberi beban tanggung jawab manusia sebagai khalifatullah fiil ardh (utusan Allah di muka bumi).
Setiap bagian dan benda di alam semesta ini diciptakan oleh Tuhan dengan tujuannya masing-masing, terlepas dari apakah tujuan itu untuk kepentingan manusia atau tidak. Oleh karena itu, manusia sebagai bagian dari alam semesta, bertanggung jawab pula untuk menjaga dan melestarikannya.
2. Prinsip Solidaritas
Manusia adalah bagian integral dari alam semesta. Lebih dari itu, dalam perspektif ekosentrisme, manusia mempunyai kedudukan sederajat dan setara dengan alam dan semua makhluk lain di alam ini.
Kenyataan ini membangkitkan dalam diri manusia perasaan solider, perasaan sepenanggungan dengan alam dan dengan sesama makhluk hidup lain.
3. Prinsip Kasih Sayang dan Kepedulian terhadap Alam
Apabila sudah tertanam prinsip ini pada setiap hati manusia, maka pastilah yang ada hanya rasa untuk mencintai, menyayangi, dan melestarikan alam semesta dan seluruh isinya, tanpa diskriminasi dan tanpa dominasi.
Kasih sayang dan kepedulian ini juga muncul dari kenyataan bahwa semua makhluk hidup mempunyai hak untuk dilindungi, dipelihara, tidak disakiti, dan dirawat.
Demikian penjelasan untuk Mengenal Alam Semesta dalam Ayat Al-Quran. Wallahu a'lam.
Semoga bermanfaat bagi peningkatan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah SWT. Amiin.